Kamis, 27 September 2012

PERSIAPAN PEMIJAHAN IKAN GURAME




I. PERSIAPAN PEMIJAHAN
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah.  Dasar kolam tanah akan merangsang induk gurami untuk  segera memijah.  Syarat kolam pemijahan yaitu : airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air dan tidak boleh terlalu banyak mengandung lumpur karena airnya cepat keruh, air yang keruh dapat menutupi permukaan telur, akibatnya akan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur.

1.     Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam pemijahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolam dalam kondisi optimal bagi ikan gurami untuk melakukan pemijahan.  Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan pengeluaran.  Saluran pemasukan air dibutuhkan untuk mensuplai air baru agar air kolam tetap segar dan ketersediaan oksigen terlarut tetap terjaga.  Aliran air yang masuk ke kolam dapat merangsang ikan untuk memijah.
Ikan Gurami seperti ikan air tawar lainnya juga akan terangsang berpijah bila ada suasana baru dalam kolam, seperti bau ampo yang terbentuk akibat pengeringan tanah kolam kemudian kena air baru.  Hal inilah yang menyebabkan pengeringan dan penjemuran pada dasar kolam pemijahan mutlak dilakukan.  Selain kegiatan pengeringan, pemberian pakan daun talas juga dapat merangsang gurami untuk segera kawin.
Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam pemijahan ikan gurami adalah sebagai berikut :
a.    Kolam dikeringkan 3-7 hari, tergantung cuaca dan ketebalan lumpur di kolam.  Tujuan pengeringan kolam yaitu merangsang birahi induk untuk segera kawin, membunuh hama dan penyakit  serta membuang gas-gas yang membahayan ikan (misalnya: amoniak (NH3) dan H2S)
b.    Perbaikan pematang, membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk ke kolam serta membersihkan rumput liar disekitar pematang
c.    Jika dasar kolam banyak mengandung lumpur segera dikurangi atau dibuang
d.    Setelah pengeringan kolam, dilakukan pengapuran dengan dosis 100gr/m2.  Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang terdapat di dasar kolam
e.    Kolam pemijahan diisi dengan air bersih, jernih dan memenuhi persyaratan untuk kehidupan dan telur nantinya sedalam 80 cm
f.     Setelah 3-4 hari dari pengisian air kolam, induk sudah dapat dimasukkan ke kolam pemijahan
Apabila sumber air kurang jernih atau keruh, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan.  Air kolam yang keruh akan menyebabkan telur terselimuti oleh lumpur sehingga telur-telur membusuk dan tidak menetas.  Disamping itu, air yang keruh kita akan kesulitan untuk mengetahui apakah telah terjadi aktifitas pemijahan dan apakah sarang telah berisi telur atau belum.
2.     Mempersiapkan Sarang
Induk gurami membuat sarang terlebih dahulu sebelum melakukan pemijahan. Gurami meletakkan dan menyimpan telurnya didalam sarang.  Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam.  Agar proses pemijahan gurame dapat berlangsung lebih cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk, sabut kelapa).  Keberadaan bahan sarang tersebut juga merangsang induk cepat untuk memijah.
a.     Kerangka Sarang (Sosog)
Kerangka sarang dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon dan bilah bambu yang cukup ditancapkan di pinggir pematang kolam. Pemakaian dengan bilah bambu lebih praktis, hemat biaya, dan induk gurami lebih fleksibel dalam membuat sarang.  Sedangkan sosog adalah anyaman bambu berbentuk kerucut dengan diameter lingkaran mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm.  Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara tangkainya ditancapkan ke pematang kolam.  Namun ada juga yang memasang sosog di bagian tengah kolam dengan cara memasang tangkai pada pangkal sosog .  Penempatan sosog di bagian tengah kolam bertujuan untuk mengantisipasi induk yang enggan membuat sarang dipinggir kolam, karena kondisi pinggir kolam yang kurang nyaman dan banyak lalu lalang orang.
Gambar 1. Sosog
Pemasangan sosog disarankan sekitar 15-30 cm di bawah permukaan air kolam. Jarak pemasangan antara sosog yang satu dengan lainnya sekitar 2 – 4 m.  Jumlah sosog yang dipasang di kolam pemijahan disesuaikan dengan jumlah induk betina. Satu ekor induk betina biasanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telurnya.  Namun, semakin banyak kerangka yang dipasang maka akan semakin baik karena induk gurami akan lebih leluasa memilih tempat yang diperkirakan aman dan nyaman untuk meletakkan telurnya.
b.     Bahan Sarang
Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa dan rumput-rumput kering.  Namun , yang paling banyak digunakan adalah ijuk dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat.  Pilihlah ijuk yang lembut untuk menghindari pecah atau rusaknya telur akibat gesekan dengan ijuk.  Sebelum digunakan ijuk dan sabut kelapa dicuci hingga bersih dan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur.
Bahan pembuat sarang ini biasanya ditempatkan dipinggir atau di tengah kolam dengan posisi menggantung supaya induk dapat dengan mudah mengambil ijuk atau sabut kelapa.  Agar bisa menggantung, ijuk dan sabut kelapa dijepit secara longgar dengan bilah bambu yang dipasang dipinggiran kolam.  Namun kelemahannya, banyak ijuk yang jatuh ke dasar kolam atau tertimbun lumpur.

Gambar 2. Bahan Sarang
Penempatan bahan sarang yang umum dilakukan pembudidaya yaitu diatas para-para yang terbuat dari bambu.  Para-para bambu ini diberi kaki pada keempat sudutnya sehingga mampu menahan ijuk/sabut kelapa yang ditempatkan di atasnya.  Bahan tersebut diletakkan diatas para-para yang terendam air atau rata dengan air supaya mudah diambil induk jantan.  Oleh induk jantan, ijuk/sabut kelapa diambil dan dipindahkan ke sosog atau bilah bambu yang di tancapkan pinggir pematang kolam.
3.     Penebaran Induk Kekolam Pemijahan
Induk gurami yang telah matang gonad dan siap mijah dapat segera dipindahkan  ke kolam pemijahan.  Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
b. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
c. Ukuran kepala relatif kecil
d. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
e. Gerakan normal dan lincah.
f. Bentuk bibir indah seperti pisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
g. Berumur antara 2-5 tahun.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Betina
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

Gambar 3. Induk betina
b. Jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Gambar 4. Induk Jantan
Penangkapan dan pelepasan induk yang telah matang gonad dilakukan secara hati-hati agar induk tidak terluka atau stress.  Penangkapan induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca tidak terlampau panas.  Hal ini untuk menghindari stress pada ikan akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara di kolam induk dengan suhu di kolam pemijahan.  Pemindahan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah kolam pemijahan sudah siap dan telah diisi air.
Penangkapan induk gurami yaitu dengan cara melokalisir induk dengan menggiringnya disalah satu  sisi kolam dengan menggunakan jarring yang dibentangkan.  Setelah ruang geraknya dipersempit, induk dapat ditangkap dengan menggunakan tangan dan dilakukan dengan hati-hati.  Penangkapan induk harus dilakukan satu demi satu.  Penangkapan induk tidak disarankan menggunakan seser, karena akan mengakibatkan sisik ikan banyak yang terkelupas.
Cara memegang induk gurami ada caranya yaitu induk dipegang dengan tangan dengan posisi badan terbalik.  Induk dipegang pelan dan hati-hati, mata gurami diusahakan tertutup oleh telapak tangan agar tidak berontak.  Bagi yang belum mahir dapat menggunakan kain halus basah yang diselimutkan pada tubuh ikan secara hati-hati.  Selanjutnya induk diangkat secara pelan-pelan dengan posisi terlentang juga.  Induk yang tertangkap dimasukkan ke dalam drum atau ember besar berisi air yang telah dipersiapkan.
Pemasukkan induk ke kolam pemijahan harus dilakukan secara hati-hati. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke kolam pemijahan dan biarkan gurami keluar dan berenang dengan sendirinya.  Pemindahan induk dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah, kemudian diangkut dan dilepaskan bersama pembungkusnya.  Dengan cara ini kemungkinan induk jatuh karena meronta dapat dikurangi atau dihindari.  Jika induk sampai terjatuh maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau memijah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Saparinto C.,2008.Panduan  Lengkap Gurami.Penebar Swadaya. Jakarta
2. Sendjaja J.T dan Riski M.H., 2008. Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta
3. Sunarya, U.P.,2008. Gurami Soang. Penebar Swadaya. Jakarta
4. Mahyuddin K.,2009. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
5. Wagiran dan Harianto B.,2010. Kiat Sukses Budi daya Gurami di Kolam Terpal. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

PERSIAPAN PEMIJAHAN IKAN GURAME




I. PERSIAPAN PEMIJAHAN
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah.  Dasar kolam tanah akan merangsang induk gurami untuk  segera memijah.  Syarat kolam pemijahan yaitu : airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air dan tidak boleh terlalu banyak mengandung lumpur karena airnya cepat keruh, air yang keruh dapat menutupi permukaan telur, akibatnya akan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur.

1.     Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam pemijahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolam dalam kondisi optimal bagi ikan gurami untuk melakukan pemijahan.  Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan pengeluaran.  Saluran pemasukan air dibutuhkan untuk mensuplai air baru agar air kolam tetap segar dan ketersediaan oksigen terlarut tetap terjaga.  Aliran air yang masuk ke kolam dapat merangsang ikan untuk memijah.
Ikan Gurami seperti ikan air tawar lainnya juga akan terangsang berpijah bila ada suasana baru dalam kolam, seperti bau ampo yang terbentuk akibat pengeringan tanah kolam kemudian kena air baru.  Hal inilah yang menyebabkan pengeringan dan penjemuran pada dasar kolam pemijahan mutlak dilakukan.  Selain kegiatan pengeringan, pemberian pakan daun talas juga dapat merangsang gurami untuk segera kawin.
Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam pemijahan ikan gurami adalah sebagai berikut :
a.    Kolam dikeringkan 3-7 hari, tergantung cuaca dan ketebalan lumpur di kolam.  Tujuan pengeringan kolam yaitu merangsang birahi induk untuk segera kawin, membunuh hama dan penyakit  serta membuang gas-gas yang membahayan ikan (misalnya: amoniak (NH3) dan H2S)
b.    Perbaikan pematang, membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk ke kolam serta membersihkan rumput liar disekitar pematang
c.    Jika dasar kolam banyak mengandung lumpur segera dikurangi atau dibuang
d.    Setelah pengeringan kolam, dilakukan pengapuran dengan dosis 100gr/m2.  Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang terdapat di dasar kolam
e.    Kolam pemijahan diisi dengan air bersih, jernih dan memenuhi persyaratan untuk kehidupan dan telur nantinya sedalam 80 cm
f.     Setelah 3-4 hari dari pengisian air kolam, induk sudah dapat dimasukkan ke kolam pemijahan
Apabila sumber air kurang jernih atau keruh, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan.  Air kolam yang keruh akan menyebabkan telur terselimuti oleh lumpur sehingga telur-telur membusuk dan tidak menetas.  Disamping itu, air yang keruh kita akan kesulitan untuk mengetahui apakah telah terjadi aktifitas pemijahan dan apakah sarang telah berisi telur atau belum.
2.     Mempersiapkan Sarang
Induk gurami membuat sarang terlebih dahulu sebelum melakukan pemijahan. Gurami meletakkan dan menyimpan telurnya didalam sarang.  Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam.  Agar proses pemijahan gurame dapat berlangsung lebih cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk, sabut kelapa).  Keberadaan bahan sarang tersebut juga merangsang induk cepat untuk memijah.
a.     Kerangka Sarang (Sosog)
Kerangka sarang dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon dan bilah bambu yang cukup ditancapkan di pinggir pematang kolam. Pemakaian dengan bilah bambu lebih praktis, hemat biaya, dan induk gurami lebih fleksibel dalam membuat sarang.  Sedangkan sosog adalah anyaman bambu berbentuk kerucut dengan diameter lingkaran mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm.  Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara tangkainya ditancapkan ke pematang kolam.  Namun ada juga yang memasang sosog di bagian tengah kolam dengan cara memasang tangkai pada pangkal sosog .  Penempatan sosog di bagian tengah kolam bertujuan untuk mengantisipasi induk yang enggan membuat sarang dipinggir kolam, karena kondisi pinggir kolam yang kurang nyaman dan banyak lalu lalang orang.
Gambar 1. Sosog
Pemasangan sosog disarankan sekitar 15-30 cm di bawah permukaan air kolam. Jarak pemasangan antara sosog yang satu dengan lainnya sekitar 2 – 4 m.  Jumlah sosog yang dipasang di kolam pemijahan disesuaikan dengan jumlah induk betina. Satu ekor induk betina biasanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telurnya.  Namun, semakin banyak kerangka yang dipasang maka akan semakin baik karena induk gurami akan lebih leluasa memilih tempat yang diperkirakan aman dan nyaman untuk meletakkan telurnya.
b.     Bahan Sarang
Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa dan rumput-rumput kering.  Namun , yang paling banyak digunakan adalah ijuk dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat.  Pilihlah ijuk yang lembut untuk menghindari pecah atau rusaknya telur akibat gesekan dengan ijuk.  Sebelum digunakan ijuk dan sabut kelapa dicuci hingga bersih dan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur.
Bahan pembuat sarang ini biasanya ditempatkan dipinggir atau di tengah kolam dengan posisi menggantung supaya induk dapat dengan mudah mengambil ijuk atau sabut kelapa.  Agar bisa menggantung, ijuk dan sabut kelapa dijepit secara longgar dengan bilah bambu yang dipasang dipinggiran kolam.  Namun kelemahannya, banyak ijuk yang jatuh ke dasar kolam atau tertimbun lumpur.

Gambar 2. Bahan Sarang
Penempatan bahan sarang yang umum dilakukan pembudidaya yaitu diatas para-para yang terbuat dari bambu.  Para-para bambu ini diberi kaki pada keempat sudutnya sehingga mampu menahan ijuk/sabut kelapa yang ditempatkan di atasnya.  Bahan tersebut diletakkan diatas para-para yang terendam air atau rata dengan air supaya mudah diambil induk jantan.  Oleh induk jantan, ijuk/sabut kelapa diambil dan dipindahkan ke sosog atau bilah bambu yang di tancapkan pinggir pematang kolam.
3.     Penebaran Induk Kekolam Pemijahan
Induk gurami yang telah matang gonad dan siap mijah dapat segera dipindahkan  ke kolam pemijahan.  Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
b. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
c. Ukuran kepala relatif kecil
d. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
e. Gerakan normal dan lincah.
f. Bentuk bibir indah seperti pisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
g. Berumur antara 2-5 tahun.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Betina
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

Gambar 3. Induk betina
b. Jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Gambar 4. Induk Jantan
Penangkapan dan pelepasan induk yang telah matang gonad dilakukan secara hati-hati agar induk tidak terluka atau stress.  Penangkapan induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca tidak terlampau panas.  Hal ini untuk menghindari stress pada ikan akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara di kolam induk dengan suhu di kolam pemijahan.  Pemindahan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah kolam pemijahan sudah siap dan telah diisi air.
Penangkapan induk gurami yaitu dengan cara melokalisir induk dengan menggiringnya disalah satu  sisi kolam dengan menggunakan jarring yang dibentangkan.  Setelah ruang geraknya dipersempit, induk dapat ditangkap dengan menggunakan tangan dan dilakukan dengan hati-hati.  Penangkapan induk harus dilakukan satu demi satu.  Penangkapan induk tidak disarankan menggunakan seser, karena akan mengakibatkan sisik ikan banyak yang terkelupas.
Cara memegang induk gurami ada caranya yaitu induk dipegang dengan tangan dengan posisi badan terbalik.  Induk dipegang pelan dan hati-hati, mata gurami diusahakan tertutup oleh telapak tangan agar tidak berontak.  Bagi yang belum mahir dapat menggunakan kain halus basah yang diselimutkan pada tubuh ikan secara hati-hati.  Selanjutnya induk diangkat secara pelan-pelan dengan posisi terlentang juga.  Induk yang tertangkap dimasukkan ke dalam drum atau ember besar berisi air yang telah dipersiapkan.
Pemasukkan induk ke kolam pemijahan harus dilakukan secara hati-hati. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke kolam pemijahan dan biarkan gurami keluar dan berenang dengan sendirinya.  Pemindahan induk dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah, kemudian diangkut dan dilepaskan bersama pembungkusnya.  Dengan cara ini kemungkinan induk jatuh karena meronta dapat dikurangi atau dihindari.  Jika induk sampai terjatuh maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau memijah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Saparinto C.,2008.Panduan  Lengkap Gurami.Penebar Swadaya. Jakarta
2. Sendjaja J.T dan Riski M.H., 2008. Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta
3. Sunarya, U.P.,2008. Gurami Soang. Penebar Swadaya. Jakarta
4. Mahyuddin K.,2009. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
5. Wagiran dan Harianto B.,2010. Kiat Sukses Budi daya Gurami di Kolam Terpal. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

PROSPEK USAHA BUDIDAYA IKAN BETUTU (IKAN MALES)



BENIH merupakan bagian utama dalam budidaya ikan. Pada tingkatan yang sederhana benih ikan dapat diperoleh dari hasil penangkapan di alam, sedang pada tingkat yang lebih maju dapat diperoleh dari hasil pembenihan ikan milik petani (swasta) maupun dari Balai Benih Ikan (BBI).Lain halnya ikan Betutu/bakut (Oxyeleotris marmorata) atau marbled goby alias ikan bodoh/malas yang terbilang ikan konsumsi mahal belum ada yang sangat serius mengelola pembenihannya, akibatnya perkembangbiakannya sangat menghawatirkan, sehingga populasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Ikan betutu memang mendapatkan julukan gabus malas atau ikan malas karena ikan ini memang malas berpindah tempat. Sekalipun diusik, betutu cenderung diam saja di dasar air. Hanya di malam hari ikan betutu aktif mencari makan (nocturnal) berupa udang-udang kecil, kepiting, dan siput air.

Ikan betutu sebagai ikan air tawar dengan Habitat di air payau, sungai-sungai yang tidak jauh dari muara atau pantai, berarus tenang dan berlumpur, rawa serta danau dengan dasar berlumpur, betutu termasuk ikan labirin karena mampu hidup diperairan yang keruh dengan bantuan lembar-lembar labirin pada lapis insangnya.

Ikan dengan ciri berkepala besar ini memiliki panjang tubuh maksimum sekitar 65 cm, namun kebanyakan antara 20–40 cm atau kurang. Berwarna merah bata pudar, kecoklatan atau kehitaman, dengan pola-pola gelap simetris di tubuhnya. Tanpa bercak bulat (ocellus) di pangkal ekornya. Ciri-ciri lainnya adalah sirip dorsal (punggung) yang sebelah muka dengan enam jari-jari yang keras (duri)dan yang sebelah belakang dengan satu duri dan sembilan jari-jari yang lunak. Sirip anal dengan satu duri dan 7–8 jari-jari lunak. Sisik-sisik di tengah punggung, dari belakang kepala hingga pangkal sirip dorsal (predorsal scales) 60–65 buah. Sisik-sisik di sisi tubuh, di sepanjang gurat sisi (lateral row scales) 80–90 buah.

Untuk Bobot ikan betutu biasanya sekitar 4 kilo per ekor bahkan bisa sampai 8 kilo per ekor dan harganya bekisar 130 ribu sedangkan untuk bibit biasanya dijual dengan harga 35/40 ribu per kilonya . Satu kerambah biasanya menghasilkan 30 s/d 40 kg bahkan bisa sampai 300 kg .
Pusat budidaya betutu yang di miliki Kutai Kartanegara di kecamatan Kenohan biasanya di beli oleh pengepul dari kota bangun yang datang langsung ke pemilik keramba lalu pengepul menjual kembali ke pengusaha dari Balikpapan untuk di ekspor ke Singapura,India dan Thailand. Ikan betutu bila sudah masuk ke restoran maka harganya bisa mencapai Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg.

“Kami mengalami kesulitan untuk mendapat bibit apalagi bila air bangar, ikan-ikan tak dapat hidup dan bibit-bibit betutu akan susah di dapat. selain itu penyakit kulit berlendir yang dapat menyebabkan kematian dan kami belum dapat mencegah atau menanggulagi masalah ini “ ujar Isuk salah seorang petani keramba di Kecamatan Kenohan
Ia juga menambahkan ikan betutu biasanya di beri makan ikan segar yang dipotong-potong dan di luar negri ikan ini sudah bisa di budidayakan dan tidak lagi menggunakan ikan-ikan segar tetapi makannya diganti dengan pellet.

Dibawah asuhan (UPR) upaya pemberdayaan rakyat nelayan betutu berusaha membudidayakan ikan sehingga nantinya hasilnya dapat lebih ditingkatkan, ia juga berharap agar para peneliti dapat mengelola inofasi baru dalam pembibitan ikan betutu

Ikan ekonomis di perairan mahakam

Betutu merupakan salah satu ikan ekonomis yang ada di perairan mahakam, pada umumnya keramba terbuat dari kayu ulin atau kahoi berukuran 2X3X1,25 meter dan untuk mengapungkannya biasanya keramba menggunakan batang kayu atau drum. Umumnya keramba dapat di pakai untuk 2 sampai 4 tahun atau 3 sampai 4 kali pemeliharan.
Untuk benih umumnya ikan betutu berasal dari tangkapan nelayan di sekitar danau Semayang menggunakan tempirai, bubu, tahanan dan rengge. Ikan tersebut berwana hitam seperti ikan gabus dengan Rasanya manis dan daging empuk serta berserat lembut ini biasanya para nelayan menggunakan pakan hidup berupa ikan segar di potong-potong atau ikan kecil segar, cincangan keong mas dan cacing tanah. Pemberian pakan di lakukan satu kali satu hari menjelang sore atau keadaan mulai gelap tetapi bila menjeng panen pemberian pakan di sesuaikan kebutuhan ikan biasamya sekitar 8-9 Kg perkeramba perhari.

Untuk penyakit atau hama yang terdapat pada ikan betutu di pengaruhi oleh musim yang menyebabkan perubahan kualitas air. Ada beberapa cara sederhana mencegah lendir dan koreng pada ikan betutu dengan merendam larutan air garam selama 1-2 menit atau dengan menggunakan larutan PK (kalium permangat) sebanyak 3-4 tetes ke dalam 5 liter air selama 30-60 detik

Sahran Kepala Dinas Perikanan di dampingi Kasubag bagian Umum Muslik mengatakan untuk budidaya ikan betutu sejauh ini masih tergantung dari alam, belum ada penelitian lebih lanjut tentang pembenihan ikan. Terkait tentang ketergantungan bibit ikan betutu dengan alam dinas Perikanan membantu para nelayan membuat daerah larangan untuk menagkap ikan sehingga populasi ikan tersebut tidak terganggu.
Ikan Betutu yang menjadi ikan favorit untuk dijadikan ikan asap bagi masyarakat juga memiliki harga yang baik. Untuk itu dinas perikanan memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk membantu para nelayan agar hasilnya budidaya ikan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar
“Kami sudah mencoba melakukan pembenihan dengan mendatangkan bibit-bibit dari luar tetapi itu semua gagal di lakukan karena bibit yang di datangkan terlalu kecil sehingga tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, mungkin bila bibit-bibit tersebut agak lebih besar dapat tahan terhadap lingkungan” ujarnya.

Untuk itu, dinas perikanan mensiasatinya dengan mengarahkan para nelayan ke sektor-sektor pembudidayaan dan pemasaran sehingga kulitas yang di hasilkan dapat meningkat di setiap tahunnya walaupun masalah bibit hanya tergantung dari alam. Untuk kerjasama dengan pihak universitas di bidang penelitian ikan Betutu terutama pembenihan belum dilakukan tetapi dinas perikanan telah bekerjasama dengan Universitas Mulawarman untuk program Konserfasi air dan pelatihan-pelatihan bagi para nelayan untuk meningkatkan kualitas menjadi agenda rutin dinas perikanan. Biasanya para nelayan mengikuti pelatihan dari balai-balai perikanan yang di selenggarakan oleh badan riset kelautan dan perikanan.

Ikan betutu mempunyai sifat genetis yang berbeda dengan ikan budidaya lainya yakni pertumbuhan badan yang lambat dengan kata lain tidak mudah bongsor dan masa pemeliharaan yang cukup lama sehingga kalo dilihat dari lamanya perkembangan kurang menguntungkan tetapi bila dilihat dari harga jualnya yang mencapai 130 ribu maka bubidaya betutu tetap memberikan keuntungan yang tinggi.

Dalam budidaya ikan betutu ini juga dapat meningkatkan UPR masyarakat, contohnya saja bukan hanya ikan betutnya yang tinggi harganya tetapi benih bibit ikannya pun memiliki harga yang tinggi di pasaran yang mencapai 35/40 ribu per kilonya.

Peluang Usaha Budidaya Ikan Gurame


Usaha perikanan banyak memberikan pendapatan bagi masyarakat meski awalnya sering dipandang sebelah mata. Sebagai salah satu pendukung kebutuhan pangan dan kehidupan yang bergizi, ikan memberikan asupan gizi yang cukup sehingga banyak orang kini mengkonsumsinya. Apalagi dalam membudidayakannya telah banyak mengalami kemajuan sehingga untuk mengembangkan usaha ini banyak mendapat menarik minat dan perhatian dari berbagai pihak.



Hal inilah yang dialami oleh Wiwid bersama Bambang yang merintis usaha perikanan di Desa Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Melihat banyaknya tenaga kerja produktif di desanya berbondong-bondong mencari kerja, mereka tertantang untuk membuktikan bahwa perikanan bias memberikan penghidupan.

Sehingga pada tahun 1998 mereka mencoba untuk membudidayakan lele dan memperoleh hasil yang cukup bagus. Mereka berdua memulai usaha ini hanya berbekal modal Rp50.000,- dan hingga saat ini usaha ini telah manjadi sentra proyek percontohan tingkat nasional. Melihat hasil yang cukup menjanjikan, banyak masyarakat sekitar tertarik untuk mengembangkannya, apalagi saat itu krisis moneter sedang melanda.

Syarat Lokasi Budidaya
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
1.Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 - 400 m dpl
2.Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
3.Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
4.Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
5.Temparatur optimum 25-30oC
6.Kandungan oksigen dalam > 2 ppm
Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam. 

Pendirian Kelompok Usaha Tani
1. Menambah motivasi untuk terus maju
Melihat banyaknya minat dari masyarakat sekitar,Wiwid dan Bambang ditambah Heru mendirikan kelompok tani ikan. Dengan berdirinya kelompok tani ini diharapkan;
2. Mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk mengembangkan usaha ini
3. Menjaga kekompakan
4. Mempunyai visi yang sama dalam pengembangannya, termasuk dalam penerapan standar harga
Mereka mengumpulkan petani-petani ikan di desa tersebut dan mendirikan kelompok tani Mino Raharjo dimana saat peresmiannya mendatangkan petugas PPL Kecamatan dan Dinas Koperasi.
Masing-masing kelompok mempunyai agenda sendiri-sendiri. Prestasi yang pernah diraih antara lain menjadi proyek percontohan gurame tingkat nasional dan model pendanaan tingkat nasional sebesar Rp 900juta. Selain itu juga, beberapa LSM dan lembaga-lembaga resmi lain diantaranya UNDP, menggandeng mereka dalam mengembangkan usaha ini.
Dengan berjalannya waktu, banyak petani yang ingin bergabung dengan kelompok tersebut. Untuk menjaga efektifitas, kelompok tani tersebut membatasi jumlah anggotanya 30 orang. Sedangkan sisanya mereka fasilitasi sehingga terbentuk kelompok-kelompok baru yang mencapai 4 kelompok tani di desa Jambidan.
Semakin berkembangnya usaha tersebut, kelompok tani ini mencoba menciptakan diversifikasi produk. Pada awalnya pembibitan lele kemudian mereka mencoba pembibitan gurame. Setelah melewati beberapa waktu ternyata hasil dari pembibitan gurame lebih bagus dibanding pembibitan lele.
Mulai saat itulah mereka fokus untuk mengembangkan budidaya gurame sehingga saat ini mereka lebih dikenal dengan sentra budidaya gurame. Dalam pembudidayaan ini, mereka tidak fokus dalam pemijahan. Mayoritas petani fokus pada penetasan telur dan pembesaran.
Mereka membeli benih telur gurame seharga Rp30,- per ekor dan telur-telur ini mereka peroleh dari petani ikan di desa tersebut dan sekkota-kota sekitarnya. Produk yang dihasilkan petani ikan di kelompok tersebut berbeda-beda. Ada yang fokus hanya menyediakan telur ikan, ada yang fokus menyediakan bibit ikan usia 1 bulan, bibit usia 2 – 4 bulan sampai dengan bibit seukuran bungkus rokok atau berat 5 ons. Jika dirata-rata, kelompok tani tersebut bisa menghasilkan 2,5juta ekor per bulan.
Saat ini, UPR Mino Raharjo mengelola kolam yang tersebar di wilayah desa tersebut dengan total luas lahan mencapai +/- 7 hektar. Masing-masing petani mengelola kolamnya sendiri kecuali pada saat panen tiba. Biasanya mereka dibantu 2-3 orang yang membantu penangkapan, penghitungan, dan pengemasan. Tenaga kerja ini mendapat upah Rp30.000,- per hari.

Proses Produksi
Dalam proses produksinya, setelah telur menetas langsung ditempatkan dalam ember-ember khusus supaya benih-benih tersebut aman dan kuat hingga usia 4 hari. Kemudian dipindahkan ke dalam kolam-kolam hingga usia 1 bulan.
Kolam ukuran 2x2m bisa memuat 10ribu ekor bibit. Untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang lebih besar lagi, bibit tersebut dipindahkan ke kolam tanah dengan ukuran 5x5m atau lebih besar. Saat pembesaran bibit yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi air. Ukuran ikan untuk dijual sesuai target pasar yang ingin disasar masing-masing petani. Untuk pakan, masing-masing ukuran dan usia bibit berbeda. Misal:

Usia bibit Jenis pakan Jumlah pakan Harga pakan
Telur-1 bulan Cacing sutra 10ribu ekor = 7lt/bulan Rp10rb/liter
1 – 2 bulan D0 (pelet gembur) 10ribu ekor = 10kg Rp11rb/kg
atau secukupnya
2 bulan atau lebih pelet (jenis min2) sesuai ukuran yang Rp6500/kg
ingin dicapai


Keuntungan dalam budidaya gurame dibandingkan dengan jenis ikan yang lain adalah :
Harga pakan yang cukup mahal menjadi salah satu kendala dalam pembudidayaan ikan gurame ini.

1. Permintaan gurame yang cukup tinggi sehingga pasar terjamin
2. Nilai jual yang cukup tinggi
3. Bisa dijual dalam usia atau ukuran berapa pun karena kebutuhan pasar sangat variatif.

Sedangkan keunggulan budidaya gurame yang diterapkan kelompok tani Mino Raharjo adalah sistem guba, gugus simba, dimana bibit diberi suplemen nutrisi sehingga ikan dalam kategori sehat dan kualitas baik serta pengelolaannya dilakukan oleh petani yang cukup ahli dalam pembibitan dan pembesaran. Proses penjualannya dilakukan seleksi sesuai kualitas dan ukuran.
Pemasaran sampai ke luar pulau
Sejauh ini mayoritas konsumen berasal dari Jogja dan pulau Jawa, beberapa Sumatera dan Kalimantan. Untuk wilayah Jogja sendiri mereka hanya bisa memenuhi 25% dari permintaan. Mereka diantaranya adalah petani pembesaran, pedagang besar, rumah makan dan sebagainya. Harga jual untuk bibit usia 1 bulan adalah Rp150,-per ekor dan untuk ukuran konsumsi (5 ons) Rp21.000/kg.
Dengan besarnya permintaan, adanya kompetitor tidak terlalu dirasa pengaruhnya. Salah satu upaya kelompok ini untuk memenuhi kebutuhan pasar, mereka mencoba memasyarakatkan budidaya gurame dengan mengadakan pelatihan rutin 1 bulan sekali. Demi kenyamanan dan efektifitas, peserta peltihan sehari itu dibatasi 25 sampai 30 orang. Mereka juga melayani konsultasi pembudidayaan tersebut.
Rencana ke depannya, UPR Mino Raharjo, pada tahun 2010 mentargetkan menjadi sentra percontohan dengan mengembangkan usaha perikanan dengan sistem one cease shoping. Diatas lahan di sebelah selatan desa seluas 2 hektar, dengan target dana Rp2milyar, mereka akan mengembangkan kawasan budidaya ikan terpadu dari hulu sampai hilir.
Mulai dari penetasan, pembesaran sampai dengan produk jadi yaitu ikan matang yang disajikan di rumah makan yang akan didirikan di atas lahan tersebut juga. Di samping itu, lokasi tersebut akan dilengkapi arena bermain dan wisata sehingga saat orang dewasa belajar budidaya, anak-anak diberikan fasilitas bermain. Saat ini, dengan perkembangan budidaya dan besarnya pasar, peluang masih cukup terbuka.

Analisa Ekonomi:

Pengeluaran
Pembelian bibit : 1.000 ekor x Rp. 150,00 = Rp. 150.000,00
Pakan D0 : 10 kg x Rp. 11.000,00 = Rp. 110.000,00
Pakan Pelet : 900 kg x Rp. 6.500,00 = Rp. 5.850.000,00
Total Pengeluaran = Rp. 6.110.000,00


Analisis keuangan dibuat dengan basis perhitungan
1000 ekor bibit gurame ditebar


Pendapatan
Penjualan Ikan Gurame : 400 kg x Rp. 21.000,00 = Rp.8.400.000,00
Total Pendapatan = Rp. 8.400.000,00
Keuntungan = Rp. 8.400.000,00 – Rp. 6.110.000,00 = Rp.2.290.000,00

PROSPEK USAHA BUDIDAYA IKAN BETUTU (IKAN MALES)



BENIH merupakan bagian utama dalam budidaya ikan. Pada tingkatan yang sederhana benih ikan dapat diperoleh dari hasil penangkapan di alam, sedang pada tingkat yang lebih maju dapat diperoleh dari hasil pembenihan ikan milik petani (swasta) maupun dari Balai Benih Ikan (BBI).Lain halnya ikan Betutu/bakut (Oxyeleotris marmorata) atau marbled goby alias ikan bodoh/malas yang terbilang ikan konsumsi mahal belum ada yang sangat serius mengelola pembenihannya, akibatnya perkembangbiakannya sangat menghawatirkan, sehingga populasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Ikan betutu memang mendapatkan julukan gabus malas atau ikan malas karena ikan ini memang malas berpindah tempat. Sekalipun diusik, betutu cenderung diam saja di dasar air. Hanya di malam hari ikan betutu aktif mencari makan (nocturnal) berupa udang-udang kecil, kepiting, dan siput air.

Ikan betutu sebagai ikan air tawar dengan Habitat di air payau, sungai-sungai yang tidak jauh dari muara atau pantai, berarus tenang dan berlumpur, rawa serta danau dengan dasar berlumpur, betutu termasuk ikan labirin karena mampu hidup diperairan yang keruh dengan bantuan lembar-lembar labirin pada lapis insangnya.

Ikan dengan ciri berkepala besar ini memiliki panjang tubuh maksimum sekitar 65 cm, namun kebanyakan antara 20–40 cm atau kurang. Berwarna merah bata pudar, kecoklatan atau kehitaman, dengan pola-pola gelap simetris di tubuhnya. Tanpa bercak bulat (ocellus) di pangkal ekornya. Ciri-ciri lainnya adalah sirip dorsal (punggung) yang sebelah muka dengan enam jari-jari yang keras (duri)dan yang sebelah belakang dengan satu duri dan sembilan jari-jari yang lunak. Sirip anal dengan satu duri dan 7–8 jari-jari lunak. Sisik-sisik di tengah punggung, dari belakang kepala hingga pangkal sirip dorsal (predorsal scales) 60–65 buah. Sisik-sisik di sisi tubuh, di sepanjang gurat sisi (lateral row scales) 80–90 buah.

Untuk Bobot ikan betutu biasanya sekitar 4 kilo per ekor bahkan bisa sampai 8 kilo per ekor dan harganya bekisar 130 ribu sedangkan untuk bibit biasanya dijual dengan harga 35/40 ribu per kilonya . Satu kerambah biasanya menghasilkan 30 s/d 40 kg bahkan bisa sampai 300 kg .
Pusat budidaya betutu yang di miliki Kutai Kartanegara di kecamatan Kenohan biasanya di beli oleh pengepul dari kota bangun yang datang langsung ke pemilik keramba lalu pengepul menjual kembali ke pengusaha dari Balikpapan untuk di ekspor ke Singapura,India dan Thailand. Ikan betutu bila sudah masuk ke restoran maka harganya bisa mencapai Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg.

“Kami mengalami kesulitan untuk mendapat bibit apalagi bila air bangar, ikan-ikan tak dapat hidup dan bibit-bibit betutu akan susah di dapat. selain itu penyakit kulit berlendir yang dapat menyebabkan kematian dan kami belum dapat mencegah atau menanggulagi masalah ini “ ujar Isuk salah seorang petani keramba di Kecamatan Kenohan
Ia juga menambahkan ikan betutu biasanya di beri makan ikan segar yang dipotong-potong dan di luar negri ikan ini sudah bisa di budidayakan dan tidak lagi menggunakan ikan-ikan segar tetapi makannya diganti dengan pellet.

Dibawah asuhan (UPR) upaya pemberdayaan rakyat nelayan betutu berusaha membudidayakan ikan sehingga nantinya hasilnya dapat lebih ditingkatkan, ia juga berharap agar para peneliti dapat mengelola inofasi baru dalam pembibitan ikan betutu

Ikan ekonomis di perairan mahakam

Betutu merupakan salah satu ikan ekonomis yang ada di perairan mahakam, pada umumnya keramba terbuat dari kayu ulin atau kahoi berukuran 2X3X1,25 meter dan untuk mengapungkannya biasanya keramba menggunakan batang kayu atau drum. Umumnya keramba dapat di pakai untuk 2 sampai 4 tahun atau 3 sampai 4 kali pemeliharan.
Untuk benih umumnya ikan betutu berasal dari tangkapan nelayan di sekitar danau Semayang menggunakan tempirai, bubu, tahanan dan rengge. Ikan tersebut berwana hitam seperti ikan gabus dengan Rasanya manis dan daging empuk serta berserat lembut ini biasanya para nelayan menggunakan pakan hidup berupa ikan segar di potong-potong atau ikan kecil segar, cincangan keong mas dan cacing tanah. Pemberian pakan di lakukan satu kali satu hari menjelang sore atau keadaan mulai gelap tetapi bila menjeng panen pemberian pakan di sesuaikan kebutuhan ikan biasamya sekitar 8-9 Kg perkeramba perhari.

Untuk penyakit atau hama yang terdapat pada ikan betutu di pengaruhi oleh musim yang menyebabkan perubahan kualitas air. Ada beberapa cara sederhana mencegah lendir dan koreng pada ikan betutu dengan merendam larutan air garam selama 1-2 menit atau dengan menggunakan larutan PK (kalium permangat) sebanyak 3-4 tetes ke dalam 5 liter air selama 30-60 detik

Sahran Kepala Dinas Perikanan di dampingi Kasubag bagian Umum Muslik mengatakan untuk budidaya ikan betutu sejauh ini masih tergantung dari alam, belum ada penelitian lebih lanjut tentang pembenihan ikan. Terkait tentang ketergantungan bibit ikan betutu dengan alam dinas Perikanan membantu para nelayan membuat daerah larangan untuk menagkap ikan sehingga populasi ikan tersebut tidak terganggu.
Ikan Betutu yang menjadi ikan favorit untuk dijadikan ikan asap bagi masyarakat juga memiliki harga yang baik. Untuk itu dinas perikanan memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk membantu para nelayan agar hasilnya budidaya ikan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar
“Kami sudah mencoba melakukan pembenihan dengan mendatangkan bibit-bibit dari luar tetapi itu semua gagal di lakukan karena bibit yang di datangkan terlalu kecil sehingga tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, mungkin bila bibit-bibit tersebut agak lebih besar dapat tahan terhadap lingkungan” ujarnya.

Untuk itu, dinas perikanan mensiasatinya dengan mengarahkan para nelayan ke sektor-sektor pembudidayaan dan pemasaran sehingga kulitas yang di hasilkan dapat meningkat di setiap tahunnya walaupun masalah bibit hanya tergantung dari alam. Untuk kerjasama dengan pihak universitas di bidang penelitian ikan Betutu terutama pembenihan belum dilakukan tetapi dinas perikanan telah bekerjasama dengan Universitas Mulawarman untuk program Konserfasi air dan pelatihan-pelatihan bagi para nelayan untuk meningkatkan kualitas menjadi agenda rutin dinas perikanan. Biasanya para nelayan mengikuti pelatihan dari balai-balai perikanan yang di selenggarakan oleh badan riset kelautan dan perikanan.

Ikan betutu mempunyai sifat genetis yang berbeda dengan ikan budidaya lainya yakni pertumbuhan badan yang lambat dengan kata lain tidak mudah bongsor dan masa pemeliharaan yang cukup lama sehingga kalo dilihat dari lamanya perkembangan kurang menguntungkan tetapi bila dilihat dari harga jualnya yang mencapai 130 ribu maka bubidaya betutu tetap memberikan keuntungan yang tinggi.

Dalam budidaya ikan betutu ini juga dapat meningkatkan UPR masyarakat, contohnya saja bukan hanya ikan betutnya yang tinggi harganya tetapi benih bibit ikannya pun memiliki harga yang tinggi di pasaran yang mencapai 35/40 ribu per kilonya.

Peluang Usaha Budidaya Ikan Gurame


Usaha perikanan banyak memberikan pendapatan bagi masyarakat meski awalnya sering dipandang sebelah mata. Sebagai salah satu pendukung kebutuhan pangan dan kehidupan yang bergizi, ikan memberikan asupan gizi yang cukup sehingga banyak orang kini mengkonsumsinya. Apalagi dalam membudidayakannya telah banyak mengalami kemajuan sehingga untuk mengembangkan usaha ini banyak mendapat menarik minat dan perhatian dari berbagai pihak.



Hal inilah yang dialami oleh Wiwid bersama Bambang yang merintis usaha perikanan di Desa Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Melihat banyaknya tenaga kerja produktif di desanya berbondong-bondong mencari kerja, mereka tertantang untuk membuktikan bahwa perikanan bias memberikan penghidupan.

Sehingga pada tahun 1998 mereka mencoba untuk membudidayakan lele dan memperoleh hasil yang cukup bagus. Mereka berdua memulai usaha ini hanya berbekal modal Rp50.000,- dan hingga saat ini usaha ini telah manjadi sentra proyek percontohan tingkat nasional. Melihat hasil yang cukup menjanjikan, banyak masyarakat sekitar tertarik untuk mengembangkannya, apalagi saat itu krisis moneter sedang melanda.

Syarat Lokasi Budidaya
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
1.Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 - 400 m dpl
2.Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
3.Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
4.Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
5.Temparatur optimum 25-30oC
6.Kandungan oksigen dalam > 2 ppm
Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam. 

Pendirian Kelompok Usaha Tani
1. Menambah motivasi untuk terus maju
Melihat banyaknya minat dari masyarakat sekitar,Wiwid dan Bambang ditambah Heru mendirikan kelompok tani ikan. Dengan berdirinya kelompok tani ini diharapkan;
2. Mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk mengembangkan usaha ini
3. Menjaga kekompakan
4. Mempunyai visi yang sama dalam pengembangannya, termasuk dalam penerapan standar harga
Mereka mengumpulkan petani-petani ikan di desa tersebut dan mendirikan kelompok tani Mino Raharjo dimana saat peresmiannya mendatangkan petugas PPL Kecamatan dan Dinas Koperasi.
Masing-masing kelompok mempunyai agenda sendiri-sendiri. Prestasi yang pernah diraih antara lain menjadi proyek percontohan gurame tingkat nasional dan model pendanaan tingkat nasional sebesar Rp 900juta. Selain itu juga, beberapa LSM dan lembaga-lembaga resmi lain diantaranya UNDP, menggandeng mereka dalam mengembangkan usaha ini.
Dengan berjalannya waktu, banyak petani yang ingin bergabung dengan kelompok tersebut. Untuk menjaga efektifitas, kelompok tani tersebut membatasi jumlah anggotanya 30 orang. Sedangkan sisanya mereka fasilitasi sehingga terbentuk kelompok-kelompok baru yang mencapai 4 kelompok tani di desa Jambidan.
Semakin berkembangnya usaha tersebut, kelompok tani ini mencoba menciptakan diversifikasi produk. Pada awalnya pembibitan lele kemudian mereka mencoba pembibitan gurame. Setelah melewati beberapa waktu ternyata hasil dari pembibitan gurame lebih bagus dibanding pembibitan lele.
Mulai saat itulah mereka fokus untuk mengembangkan budidaya gurame sehingga saat ini mereka lebih dikenal dengan sentra budidaya gurame. Dalam pembudidayaan ini, mereka tidak fokus dalam pemijahan. Mayoritas petani fokus pada penetasan telur dan pembesaran.
Mereka membeli benih telur gurame seharga Rp30,- per ekor dan telur-telur ini mereka peroleh dari petani ikan di desa tersebut dan sekkota-kota sekitarnya. Produk yang dihasilkan petani ikan di kelompok tersebut berbeda-beda. Ada yang fokus hanya menyediakan telur ikan, ada yang fokus menyediakan bibit ikan usia 1 bulan, bibit usia 2 – 4 bulan sampai dengan bibit seukuran bungkus rokok atau berat 5 ons. Jika dirata-rata, kelompok tani tersebut bisa menghasilkan 2,5juta ekor per bulan.
Saat ini, UPR Mino Raharjo mengelola kolam yang tersebar di wilayah desa tersebut dengan total luas lahan mencapai +/- 7 hektar. Masing-masing petani mengelola kolamnya sendiri kecuali pada saat panen tiba. Biasanya mereka dibantu 2-3 orang yang membantu penangkapan, penghitungan, dan pengemasan. Tenaga kerja ini mendapat upah Rp30.000,- per hari.

Proses Produksi
Dalam proses produksinya, setelah telur menetas langsung ditempatkan dalam ember-ember khusus supaya benih-benih tersebut aman dan kuat hingga usia 4 hari. Kemudian dipindahkan ke dalam kolam-kolam hingga usia 1 bulan.
Kolam ukuran 2x2m bisa memuat 10ribu ekor bibit. Untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang lebih besar lagi, bibit tersebut dipindahkan ke kolam tanah dengan ukuran 5x5m atau lebih besar. Saat pembesaran bibit yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi air. Ukuran ikan untuk dijual sesuai target pasar yang ingin disasar masing-masing petani. Untuk pakan, masing-masing ukuran dan usia bibit berbeda. Misal:

Usia bibit Jenis pakan Jumlah pakan Harga pakan
Telur-1 bulan Cacing sutra 10ribu ekor = 7lt/bulan Rp10rb/liter
1 – 2 bulan D0 (pelet gembur) 10ribu ekor = 10kg Rp11rb/kg
atau secukupnya
2 bulan atau lebih pelet (jenis min2) sesuai ukuran yang Rp6500/kg
ingin dicapai


Keuntungan dalam budidaya gurame dibandingkan dengan jenis ikan yang lain adalah :
Harga pakan yang cukup mahal menjadi salah satu kendala dalam pembudidayaan ikan gurame ini.

1. Permintaan gurame yang cukup tinggi sehingga pasar terjamin
2. Nilai jual yang cukup tinggi
3. Bisa dijual dalam usia atau ukuran berapa pun karena kebutuhan pasar sangat variatif.

Sedangkan keunggulan budidaya gurame yang diterapkan kelompok tani Mino Raharjo adalah sistem guba, gugus simba, dimana bibit diberi suplemen nutrisi sehingga ikan dalam kategori sehat dan kualitas baik serta pengelolaannya dilakukan oleh petani yang cukup ahli dalam pembibitan dan pembesaran. Proses penjualannya dilakukan seleksi sesuai kualitas dan ukuran.
Pemasaran sampai ke luar pulau
Sejauh ini mayoritas konsumen berasal dari Jogja dan pulau Jawa, beberapa Sumatera dan Kalimantan. Untuk wilayah Jogja sendiri mereka hanya bisa memenuhi 25% dari permintaan. Mereka diantaranya adalah petani pembesaran, pedagang besar, rumah makan dan sebagainya. Harga jual untuk bibit usia 1 bulan adalah Rp150,-per ekor dan untuk ukuran konsumsi (5 ons) Rp21.000/kg.
Dengan besarnya permintaan, adanya kompetitor tidak terlalu dirasa pengaruhnya. Salah satu upaya kelompok ini untuk memenuhi kebutuhan pasar, mereka mencoba memasyarakatkan budidaya gurame dengan mengadakan pelatihan rutin 1 bulan sekali. Demi kenyamanan dan efektifitas, peserta peltihan sehari itu dibatasi 25 sampai 30 orang. Mereka juga melayani konsultasi pembudidayaan tersebut.
Rencana ke depannya, UPR Mino Raharjo, pada tahun 2010 mentargetkan menjadi sentra percontohan dengan mengembangkan usaha perikanan dengan sistem one cease shoping. Diatas lahan di sebelah selatan desa seluas 2 hektar, dengan target dana Rp2milyar, mereka akan mengembangkan kawasan budidaya ikan terpadu dari hulu sampai hilir.
Mulai dari penetasan, pembesaran sampai dengan produk jadi yaitu ikan matang yang disajikan di rumah makan yang akan didirikan di atas lahan tersebut juga. Di samping itu, lokasi tersebut akan dilengkapi arena bermain dan wisata sehingga saat orang dewasa belajar budidaya, anak-anak diberikan fasilitas bermain. Saat ini, dengan perkembangan budidaya dan besarnya pasar, peluang masih cukup terbuka.

Analisa Ekonomi:

Pengeluaran
Pembelian bibit : 1.000 ekor x Rp. 150,00 = Rp. 150.000,00
Pakan D0 : 10 kg x Rp. 11.000,00 = Rp. 110.000,00
Pakan Pelet : 900 kg x Rp. 6.500,00 = Rp. 5.850.000,00
Total Pengeluaran = Rp. 6.110.000,00


Analisis keuangan dibuat dengan basis perhitungan
1000 ekor bibit gurame ditebar


Pendapatan
Penjualan Ikan Gurame : 400 kg x Rp. 21.000,00 = Rp.8.400.000,00
Total Pendapatan = Rp. 8.400.000,00
Keuntungan = Rp. 8.400.000,00 – Rp. 6.110.000,00 = Rp.2.290.000,00